Kamis, 01 September 2011

Memahami Panggilan

  Belajar Memahami Panggilan Bersama Santa Teresia Benedikta Dari   Salib


I.                    Pendahuluan
Santa Teresia Benedikta dari Salib, yang bernama kecil Edith Stein, dikanonisasi oleh tahta vatikan pada tanggal 11 Oktober 1998. Ia adalah seorang santa yang sangat intelektual. Kemampuan intelegensinya tidak diragukan lagi saat ia menyelesaikan pendidikan tingkat doktoralnya di bidang filsafat fenomenologi dengan prestasi summa cum laude.
Hidup membiara Edith Stein hanya berlangsung selama 9 tahun. Ia memulai hidup membiara pada saat berusia 42 tahun, di biara karmelitas OCD di Cologne Jerman. Pada masa itu ia sedang pada puncak karirnya sebagai seorang filsuf. Banyak hal telah ia lakukan dan ia juga banyak menghasilkan tulisan-tulisan baik yang bersifat ilmiah, maupun rohaniah.
Hidup rohani Edith Stein sangat menarik, karena pada awal mula hidupnya ia seorang penganut agama Yahudi. Pada perkembangannya, karena pemikirannya yang selalu bertumpu pada rasio, ia beralih menjadi seorang atheis praktis. Ia tidak melihat lagi fungsi doa. Kemudian pada usianya yang ke 21 tahun, ketika ia menjadi manusia filsafat, ia tertarik akan nilai-nilai Kristen. Selajutnya ia dibabtis menjadi seorang katolik, setelah melalui masa-masa sulit untuk menetapkan keputusan. Edith Stein merasa mendapat panggilan untuk menjadi seorang biarawati. Untuk itu ia menghubungi bapa rohaninya. Ternyata ia harus menunggu selama beberapa waktu untuk mematangkan panggilan tersebut. Pada tahun 1933, ia memulai hidupnya sebagai biarawati kontemplatif. Hidupnya berakhir saat ia wafat sebagi seorang martir, pada tanggal 9 Agustus 1942 di kamp konsentrasi Nazi. Ia bahagia dapat mati bagi iman dan bangsanya.

II.                  Perjalanan Rohani Edith Stein

       Edith Stein dibesarkan dalam keluarga yang pada awalnya sangat religius. Orang tuanya mengembangkan ajaran agama Yahudi dalam keluarga. Nilai-nilai moral ditamankan semenjak kecil. Selain itu pada setiap hari raya-hari raya Yahudi mereka selalu pergi ke
sinagoga untuk merayakannya. Hubungan keluarga begitu akrab dan hidup rohani begitu subur. Selain beribadat di sinagoga, mereka juga berdoa bersama di rumah, meskipun seringkali dalam bahasa Jerman dan bukannya bahasa Ibrani.
       Bagi Edith Stein, berdoa identik dengan percaya kepada Tuhan. Selama seseorang masih berdoa, ia masih mempunyai iman, tetapi kalau ia berhenti berdoa, iman tidak berarti lagi baginya. Walaupun ia menjadi atheis, Edith tetap melaksanakan kebiasaan orang Yahudi.
       Pengalaman Edith Stein yang ditangkap oleh cinta Yesus setelah membaca buku autobiografi Santa teresia dari Avila tidak berbeda dengan pengalaman Santa Teresia dari Avila sendiri saat ia membaca buku “Pengakuan” yang ditulis oleh Santo Agustinus. Edith Stein menemukan konfirmasi akan pengalaman hidupnya dalam buku tersebut. Ia memperoleh pemahaman bahwa Allah bukanlah Allah pengetahuan, melainkan Allah cinta. Allah tidak membuka misteriNya kepada mereka yang berusaha mengenalNya melalui pikiran, tetapi kepada mereka yang mau menyerahkan hatinya kepadaNya.
       Melalui buku itu Edith Stein juga mengetahui bahwa pemahamannya akan kematian tidak jauh berbeda dengan Santa Teresia dari Avila dan Santo Agustinus, yaitu bahwa bahwa kematian merupakan suatu keadaan hilangnya kebebasan untuk meyerahkan diri kepada Allah. Ketiganya juga sepaham bahwa kejujuran dan kebebasan adalah dua tantangan terbesar dalam diri manusia.
       Edith Stein menyadari bahwa ia tertarik untuk mengikuti Kristus dalam biara karmelitas OCD. Hal ini berarti bahwa ia harus berubah menjadi seorang Katolik. Edith Stein dibaptis pada tanggal 1 Januari 1922 di gereja santo Martin, Bergzabern. Dengan pindahnya ia ke agama Katolik, gaya hidupnya juga berubah. Ia yang sebelumnya adalah orang yang sangat rasional, selalu menggunakan rasio dalam memahami sesuatu, mulai memakai mata imannya. Selain gaya hidupnya, hubungannya dengan keluarga dan teman-temannya juga berubah. Anggota keluarga dan banyak di antara teman-temannya yang tidak dapat menerima keputusan Edith Stein untuk berpindah agama, meskipun mereka sadar bahwa sebelum berpindah agama, Edith adalah seorang atheis praktis.
       Perjalanan iman Edith Stein berlanjut dengan diterimanya Sakramen Penguatan pada tanggal 2 Februari 1922 dari uskup Ludwig Sebastian de Spege. Dengan sakramen ini, iman Edith Stein semakin diteguhkan dan hal ini menunjukkan bahwa ia benar-benar serius dengan imannya. Selanjutnya, Edith Stein merasa bahwa ia mendapat panggilan untuk hidup membiara, sebagaimana tokoh yang dikaguminya, Santa Teresia Avila. Ia ingin mengabdikan seluruh hidupnya pada Allah yang dicintainya dalam biara karmelitas OCD. Untuk maksud itu ia meminta Mgr. Joseph Schwin, uskup agung Speyer, untuk menjadi pembimbing spiritualnya. Sewaktu Edith Stein menyampaikan panggilannya kepada Schwin, uskup tersebut meminta Edith untuk menunda maksudnya untuk menjadi bairawati sampai Edith merasa yakin bahwa panggilannya itu tidak salah. Edith menerima saran tersebut meskipun hasratnya untuk menjadi seorang biarawati sangat menggebu-gebu.
       Pada tanggal 20 Mei 1933, Edith menerima undangan untuk pergi ke Karmelitas untuk melakukan Tanya jawab mengenai panggilannya. Pada hari itu juga ia berangkat ke sana. Ini menunjukkan bahwa ia benar-benar tertarik untuk hidup membiara. Selanjutnya pada tanggal 19 Juni 1933 Edith menerima kabar bahwa ia diterima menjadi anggota di komunitas biara Karmelitas tersebut.
       Pada tanggal 14 Oktober 1933 Edith secara resmi menjadi Postulan selam enam bulan. Pada tanggal 10 April 1934 ia menjadi novis dan mulai mengenakan jubah karmel. Namanya diganti Sr. Teresia Benedikta dari Salib. Nama Teresia dipilih karena ia sangat mengagumi pribadi dan pengalaman hidup Santa teresia dari Avila. Nama Benedikta dipilihnya karena ia mengagumi bapa rohaninya, seorang abas Benediktin; sedangkan nama dari Salib dipilihnya, karena besarnya cintanya akan Yesus yang wafat di Salib- cinta baginya dapat membuatnya menahan beban berat salib hidup, dari kaki salib ia dapat memahami nasib bangsanya, bangsa Yahudi.
       Pada tanggal 21 April 1938, Edith Stein berkaul kekal setelah menjalani masa tiga tahun profesi sementara. Pada tanggal 1 Mei 1938, ia menerima kerudung hitam dari uskup Mgr. Wilhelm Stockums sebagai tanda keanggotaan tetapnya pada OCD Karmelitas. Ia sangat berbahagia pada hari itu bukan karena perjuangannya menjadi biarawati kontemplatif telah mencapai ujung, namun karena ia dapat lebih merasakan persatuannya dengan Allah. Bagi Edith Stein Allah mengajarnya setiap hari dan menuntunnya untuk semakin bersatu denganNya dari waktu ke waktu. Kaul kekal bukanlah merupakan akhir perjuangan mengikuti Kristus baginya.
       Pada tanggal 2 Agustus 1942, pukul 17,00, Edith Stein ditangkap oleh tentara Nazi saat ia memberi renungan meditasi. Alasanya karena Nazi di Belanda mau mengelimir orang Yahudi atau kejahatan genosida, pemusnahan suatu bangsa. Ia tidak menolak saat ditangkap bahkan dengan langkah gembira ia keluar dari lingkungan biara mengikuti para Nazi tersebut. Akhirnya Edith Stein meninggal pada tanggal 9 Agustus di Auschwitz sebagai martir.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cerpen: Kado Buat Tuhan

Matahari bersinar cerah sore ini. Sedikit cahaya masuk kamar saya. Tepat mengenai mata saya. Saya segera bangun dari tidur siang karena sil...