Rabu, 03 Agustus 2011

Liputan


Diam, Dengar, dan Rasakan
Fr. Habel Melki Makarius, CM

            Di awal tahun 2011, pada tanggal 3-8 Januari 2011, kami mengadakan Retret Tengah Tahun Kanonik. Retret kali ini dilakukan di rumah retret Pondok Betlehem, Jedong. Pesertanya adalah kami berenam (novis CM) dan dibimbing oleh Rm. Antonius Gigih Julianto, CM. Berbeda dengan Retret Awal Tahun Kanonik, retret kali ini dilakukan sebagai sebuah permenungan panggilan kami yang telah enam bulan kami jalani di Seminarium Internum. Kami harus menarik diri dari kesibukan-kesibukan dan masuk dalam keheningan batin. Dengan tempat retret yang sungguh mendukung suasana retret, hal ini dapat memberi kefokusan kami dalam mengikuti retret.
            Untuk mengawali Retret Tengah Tahun Kanonik, kami melakukan perziarahan. Perziarahan dimulai pada pukul 9.30 WIB di Gereja St. Vinsensius A Paulo, Langsep. Tujuan perziarahan kami yaitu rumah retret Pondok Betlehem, Jedong. Satu per satu kami berjalan dengan jarak waktu 5 menit setiap orang. Dalam perjalanan kami melakukan doa Rosario. Doa Rosario dapat membantu kami untuk menikmati perjalanan yang cukup panjang  dan menanjak. Puncak perziarahan kami yaitu Gua Maria yang berada di lokasi retret. Semuanya dilakukan dalam suasana hening.
            Tiga tema yang kami renungkan dalam retret yaitu; Tinggal Bersama Yesus, Bekerja Bersama Yesus, dan Bekerja Seperti Yesus. Selama retret kami diajak oleh Rm. Gigih untuk merenungkan ketiga tema tersebut. Tema-tema tersebut juga menjadi bahan meditasi, doa, dan refleksi kami.
            Menghayati hidup Yesus adalah pusat dari kehidupan kristiani terlebih kaum religius yang mengikuti-Nya secara khusus. Kekhususan dalam mengikuti Yesus membawa nilai dan pedoman hidup seorang religius. Berawal dari tinggal bersama Yesus, mengenal cara kerja Yesus, dan mampu bekerja seperti Yesus, kehadiran Yesus di dunia ini telah memberi cara kerja yang baik kepada para pengikut-Nya. Oleh sebab itu, retret kali ini ingin memberi arti bagi kami sehingga memberanikan diri kami untuk mengikuti Kristus sang pewarta kabar gembira kepada orang miskin, seturut teladan St. Vinsensius. [1] Dengan demikian kami ingin membagikan buah-buah retret yang telah kami dapatkan.

Tinggal Bersama Yesus (Senin-Selasa)
            Retret tengah tahun kanonik dibuka dengan Misa Kudus. Misa Kudus dipimpin oleh Rm. Gigih, CM. Dalam khotbah, beliau menegaskan bahwa kehadiran kami dalam retret ini merupakan cinta Tuhan. Cinta Tuhan yang telah mengajak kami keluar dari kesibukan-kesibukan dan tugas-tugas kami. Selama beberapa hari kami merenungkan perjalanan hidup kami yang selalu dituntun oleh Tuhan.
            Setelah makan malam, kami memulai permenungan mengenai tema retret. Temanya yaitu Tinggal Bersama Yesus. Hanya sedikit waktu bagi kami untuk berkumpul. Waktu yang ada, banyak kami gunakan secara pribadi. Setiap hari kami wajib melakukan meditasi pribadi selama dua jam. Setiap hari pula, kami mengadakan wawancara dengan pembimbing retret. Dengan jadwal seperti ini, kami diharapkan bisa menemukan buah-buah retret.
            Sebagai pengantar permenungan  Tinggal Bersama Yesus, Rm. Gigih menceritakan pengalamannya selama berada di Papua. Beliau bercerita tentang kehidupan sepasang suami istri, Paskalis dan Maria.[2] Dari cerita ini dapat dikatakan bahwa tinggal bersama Yesus berarti berdoa dan berkontemplasi. Kontemplasi menjadi kunci bagi setiap orang yang mau tinggal bersama Yesus. Dengan demikian kita dapat membangun relasi yang personal dengan Yesus sampai terbentuk cinta bakti yang mendalam pada pribadi Yesus. Cinta bakti yang mendalam membawa pada relasi yang lebih intim.
            Apa yang dilakukan ketika tinggal bersama Yesus? Kita senantiasa hadir, mengerti, mengalami, dan memilih Yesus.[3]  Setelah itu, untuk selalu tinggal bersama Yesus ada dua hal penting yang harus kita lakukan yaitu menumbuhkan kerinduan dan bersyukur. Kerinduan akan kehadiran Yesus berarti mencintai Yesus. Bersyukur berarti mensyukuri anugerah yang telah kita terima yaitu boleh merasakan tinggal bersama Yesus.

Bekerja Bersama Yesus (Rabu-Kamis)
            Kami masih menjaga keheningan. Meditasi selama dua jam setiap hari masih setia kami lakukan. Suasana retret dan tempat retret  sangat mendukung  kami untuk terus merenungkan bahan-bahan retret. Untuk menjaga keheningan, Semua kegiatan diatur pribadi kecuali konferensi dan Misa Kudus. Selain itu saling menyapa tidak dianjurkan karena jika kami menyapa satu sama lain, maka akan menimbulkan suara dan suasana hening akan terganggu. Melalui ini kami diajak untuk masuk dalam diri kami dengan menjaga keheningan.
            Bekerja bersama Yesus merupakan bahan retret yang kedua yang kami renungkan. Inti dari bekerja bersama Yesus adalah ikut serta dalam tugas perutusan Yesus. Keikutsertaan ini berarti menyerahkan diri secara total. Totalitas dalam tugas perutusan Yesus merupakan karakteristik tugas perutusan Yesus di dunia ini. Tugas perutusan Yesus berupa cinta-Nya kepada manusia. Bapa mengutus Putera-Nya, Yesus untuk mencintai umat manusia. Bukti cinta Yesus adalah mati di kayu salib. Cinta Yesus ini sungguh total sehingga menjadi karya keselamatan bagi umat manusia. Cinta berarti berkurban dan memanggul salib.
            Komitmen untuk bekerja bersama Yesus sangat dibutuhkan dalam hal ini. Tanpa berkomitmen, kita tidak bisa bekerja bersama Yesus. Karena untuk mencintai, kita membutuhkan pengorbanan. Berkomitmen berarti mau seperti Yesus yang mengorbankan seluruh hidup-Nya bagi sahabat-sahabat-Nya. Sebagai permenungan dari tema ini, kami diajak untuk merenungkan pengorbanan cinta Tuhan yang terwujud melalui salib. Salib merupakan lambang dari dosa manusia. Oleh sebab itu, menyadari dosa menjadi titik awal bagi kita untuk bekerja bersama Yesus. Sadar akan segala kelemahan dan dosa, memberi suatu rahmat bagi kita yaitu pengampunan. Pengalaman diampuni menjadi sangat penting bagi kita yang ingin bekerja bersama Yesus. Salib Tuhan telah mengampuni dan mencintai umat manusia. Salib juga mengundang kita untuk saling mencintai.
            Usaha untuk bekerja bersama Yesus, akan melahirkan identitas sebagai orang yang diutus. Agar dapat sampai ke tahap ini, maka diandaikan bahwa dalam hidup kita selalu ada dialog yang intim dengan Yesus. Dialog yang intim ini membuat kita sampai dapat merasakan dan ikut dalam keprihatinan Yesus. Konsekuensinya, kita harus berani hidup melawan arus dunia yang menghambat keselamatan dengan bertolak dari iman. Hal ini merupakan tugas bagi kita untuk mewartakan dan berani mempertaruhkan hidup kita agar gambaran Yesus tetap tampak dan hadir bagi dunia. Semuanya ini tampak pula dalam gaya hidup kita. Di saat kita diberi tugas perutusan maka hendaknya kita melakukan dengan penuh cinta. Cinta Yesus yang radikal menjadi contoh perutusan kita. Dalam perutusan juga hendaknya menghidupi semangat Yesus.

Bekerja Seperti Yesus (Jum’at-Sabtu)
            Tema terakhir yang kami bahas yaitu Bekerja Seperti Yesus. Setelah kami merenungkan dan mendalami Tinggal Bersama Yesus dan Bekerja Bersama Yesus, maka hal terakhir yaitu mau bekerja seperti Yesus. Tema ini menjadi puncak permenungan kami.
            Bekerja seperti Yesus berarti menghayati cara hidup Yesus. Cara hidup Yesus menjadi cara hidup kita sebagai pribadi yang dipanggil. Ciri dari cara hidup Yesus yaitu melakukan kehendak Allah. Dalam tindakan yang kita lakukan hendaknya juga sesuai dengan kehendak Allah. Dengan demikian kita menjadi serupa dengan ciri khas hidup Yesus di dunia ini. Untuk mengetahui kehendak Allah kita perlu menguji setiap kehendak batin. Caranya apakah kehendak batin kita sesuai dengan kehendak Allah dengan bersikap tenang. Setelah itu berdoa dan dilanjutkan dengan hening untuk mendengarkan suara hati. Suara hati kita tidak pernah salah. Sebab suara hati merupakan karya Roh Kudus yang berkarya dalam diri kita.
            Santo Vinsensius merupakan salah satu orang kudus yang kami renungkan. Kami melihat kembali sejarah hidup santo Vinsensius. Apa yang menjadi semangat pelayanan santo Vinsensius bertolak pada semangat Yesus yang mewartakan kabar gembira kepada orang miskin.[4] Bekerja seperti Yesus nampak pula dalam setiap pilihan, pikiran, dan tindakan kita. Semangat hidup Yesus harus dibawa dalam tugas perutusan yang diberikan kepada kita.

Menikmati Buah Retret
            Di akhir retret, kami mensharingkan apa yang telah kami dapatkan. Buah-buah retret yang telah kami peroleh, kami bagikan kepada yang lainnya. Kami menyimpulkan bahwa retret kali ini sungguh mengesankan bagi kami. Kami bisa merasakan keheningan yang benar-benar hening baru kali ini. Keheningan memberi semangat baru bagi kami dalam pelayanan kepada orang miskin, secara khusus Hari Orang Miskin (HOM). Saat menjalani HOM, kami harus bisa bekerja seperti Yesus. Dalam kehidupan komunitas kami tinggal bersama Yesus dan bekerja bersama Yesus dalam doa, dan kegiatan komunitas lainnya. Oleh sebab itu saat HOM inilah kami mempraktekkan apa yang telah kami temukan saat bersama Yesus dengan mencintai orang miskin secara radikal.
                
             



[1] Konstitusi CM, No. 1
[2] Lazaris No. 2, Tahun ke 5, 2011, Hal. 20
[3] Bdk Yoh 1:35-51
[4] Luk: 4:18-19

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cerpen: Kado Buat Tuhan

Matahari bersinar cerah sore ini. Sedikit cahaya masuk kamar saya. Tepat mengenai mata saya. Saya segera bangun dari tidur siang karena sil...