Kamis, 24 November 2011

Panggilan Gereja: Mencintai Alam dalam Ranah Kehidupan Kristiani


Abstraksi
            Isu lingkungan hidup kerapkali dihubungkan dengan program pembangunan hidup manusia. Salah satu sarananya yaitu alam yang terus digerogoti. Penggunaan sumber daya alam menjadi alasan untuk program pembangunan itu. Dunia saat ini sedang terjadi ketidakseimbangan ekosistem. Ketidakseimbangan ini memberi dampak yang cukup parah bagi lingkungan, alam, komunitas, dan populasi. Melihat kenyataan ini, Gereja sebagai persekutuan umat Allah yang hidup di tengah-tengah dunia harus terlibat dalam problematika lingkungan. Panggilan Gereja yaitu panggilan kesadaran akan lingkungan hidup. Tentu dengan menyadari panggilan ini, Gereja ikut serta dalam menjaga keseimbangan ekologi. 

Key Words
Alam, ekologi, ekosistem, Gereja, ketidakseimbangan, komunitas, lingkungan,  populasi.

Pendahuluan
            Bumi adalah ibu yang senantiasa mengandung dan melahirkan kehidupan. Ia memberi susu dan madu yang berlimpah. Seperti ibu insani bumi membiarkan semua kehidupan untuk hidup dari dan di dalam dirinya. Jika bumi seperti ibu maka semua yang ada di dalamnya adalah “saudara”, sebab semua yang ada mendapatkan makanan dan minuman dari ibunda bumi. Bumi inilah firdaus dalam taman surga. Akan tetapi sekarang surga itu telah hilang, firdaus telah musnah sebab ibunda bumi sedang sekarat. Manusia telah membunuh ibundanya sendiri dengan ulahnya. Mereka membuat teknologi yang canggih, limbah, dan berbagai macam bentuk pemusnah, namun tanpa disadari, ia sedang membunuh dirinya sendiri.
Saat ini kita memasuki millennium ketiga. Pada akhir millennium kedua dan awal millennium ketiga, peristiwa alam semakin banyak terjadi dan memakan banyak korban jiwa. Banyak jiwa telah hilang karena peristiwa-peristiwa alam. Tidak hanya nyawa manusia yang hilang, tetapi kerugian-kerugian yang lain seperti harta-benda, surat-surat berharga, dan yang lainnya.
Baru-baru ini terjadi “Penurunan permukaan tanah secara signifikan di Jakarta semakin luas. Kondisi tersebut terjadi akibat kian intensifnya pembangunan fisik yang disertai penyedotaan air tanah secara tidak terkendali. Naiknya permukaan laut sebagai dampak pemanasan global menyebabkan wilayah Jakarta yang terendam rob atau genangan saat air laut pasang kian luas.”( Kompas, 27 September 2010: 1). Kejadian ini merupakan peristiwa alam yang tidak bisa kita elakan lagi. Dan ini juga merupakan suatu fakta yang telah nyata.

Kebutuhan Manusia Akan Alam
Sebagai ciptaan Allah yang tertinggi dari semua ciptaan yang lain, manusia diberi kuasa oleh Allah untuk memelihara dan mengatur ciptaan-Nya (bdk. Kej 1:26). Allah memberi wewenang atau hak bagi manusia untuk memanfaatkan ciptaan yang lain. Manusia juga diberi akal budi dan pikiran. Allah juga begitu mencintai manusia dan makhluk hidup lainnya. Dari kehidupan manusia, Allah tahu bahwa manusia tidak mungkin hidup sendiri tanpa ada ciptaan lain. Oleh sebab itu, Ia ingin manusia dan makhluk hidup lainnya itu saling berinteraksi. Interaksi yang dilakukan adalah sesuatu yang saling mengembangkan kelangsungan hidup satu sama lain.
Kebutuhan kita yang utama adalah oksigen. Kita yang hidup di bumi ini dimana saja kita berada sangat membutuhkan oksigen. Setiap hari kita membutuhkan udara yang segar agar proses pernafasan kita terbantu dan berjalan dengan lancar. Keberadaan oksigen menjadi sesuatu yang penting bagi hidup kita. Tanpa oksigen kita tidak bisa bernafas. Kita mengetahui bahwa setiap saat kita harus bernafas. Kadang kala tanpa kita sadari jika kita terus bernafas menghirup oksigen. Dengan demikian alam menyapa kita dengan memenuhi kebutuhan utama kita untuk hidup.
Masih banyak hal yang kita butuhkan dari alam. Hampir semua kebutuhan pokok kita berasal dari alam seperti oksigen (O2), air (H2O), dan makanan pokok lainnya (Indonesia: nasi). Tidak hanya kebutuhan-kebutuhan ini saja tetapi kebutuhan lainnya seperti papan, dan sandang juga berasal dari alam. Jika tidak ada kayu dapatkah kita mendirikan rumah? Atau tidak ada kapas dapatkah kita mempunyai pakaian? Betapa besar peran alam dalam kehidupan kita. Dalam proses perindustrian semua bahan mentah yang digunakan berasal dari alam atau hasil bumi. Oleh sebab itu, segala yang kita miliki berasal dari alam.
            Kenyataan sekarang alam menjadi hancur karena ulah manusia sendiri. Manusia dengan kebebasan dan akal budinya merasa diri sebagai makhluk yang paling sempurna. Sebagai makhluk yang paling sempurna, manusia menempatkan diri sebagai penguasa atas alam semesta ini. Manusia menjadi takabur. Ciptaan lain dipandang semata-mata sebagai obyek pemuas untuk memenuhi kebutuhan manusia. Padahal kebutuhan manusia tidak pernah habis, manusia tidak pernah puas apalagi ketika yang menjadi orientasi adalah kenyamanan dan kenikmatan. Demi kenyamanan dan kenikmatan manusia menciptakan teknologi yang pada umumnya membawa dampak buruk bagi lingkungan.

Ketidakseimbangan Ekosistem
Ekologi berasal dari kata Yunani, yang terdiri dari dua kata, yaitu oikos yang artinya rumah atau tempat hidup dan logos yang berati ilmu. Ekologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik interaksi antarmakhluk hidup maupun antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Dalam ekologi, kita mempelajari makhluk hidup sebagai kesatuan atau sistem dengan lingkungannya. Dalam studi ekologi digunakan metode pendekatan secara menyeluruh pada komponen-komponen yang berkaitan dalam suatu system (Sr. Amanda, OSU. 2007: 8).
 Ruang lingkup ekologi berkisar pada tingkat populasi, komunitas, dan ekosistem. Kumpulan individu sejenis yang hidup pada suatu daerah dan waktu disebut populasi. Komunitas ialah kumpulan dari berbagai populasi yang hidup pada suatu waktu dan daerah tertentu yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain. Antara komunitas dan lingkungannya selalu terjadi interaksi. Interaksi ini menciptakan kesatuan ekologi yang disebut ekosistem. Adanya perubahan-perubahan populasi mendorong perubahan pada komunitas. Perubahan-perubahan yang terjadi menyebabkan ekosistem berubah. Peristiwa alam yang terjadi merupakan perubahan dari ekosistem. Perubahan ekosistem yang terjadi dapat dikatakan sebagai sapaan alam bagi kita, Karena alam tidak mungkin menyapa seperti manusia yang bisa berbicara. Alam menyapa dengan perubahan yang terjadi dalam dirinya.
Tanah mempunyai peranan penting bagi kehidupan kita. Faktanya tanah sekarang mengalami kerusakan. Di atas tanah resapan yang semestinya meresapkan air malah dibangun rumah-rumah elit. Sawah dan ladang terus-menerus diberi pupuk dan pestisida kimia sehingga cacing, serangga, dan jasad renik yang berperan untuk menyuburkan tanah tidak bisa hidup dan tanah kita menjadi keras, padat, tidak bisa menyimpan air, dan tidak ada sirkulasi udara. pada Kompas, 27 September 2010, pada bagian berita utama, terdapat peta kota Jakarta dimulai pada tahun 1972-2050 yang menjadi hasil prediksi para ahli. Melihat peta itu terjadi perubahan bentuk dari kota. Bagaimana banyak bagian-bagian tanah yang tenggelam. Pada tahun 2050 diperkirakan akan membentuk pulau-pulau kecil. Hal inilah yang dimaksud dengan perubahan bentuk struktur tanah.
Masalah lain yang sedang melanda yaitu masalah Global Warming. Global warming merupakan akibat dari ketidak-seimbangan ekositem juga. Mengapa demikian? Karena hutan-hutan sebagai paru-paru dunia yang berfungsi menyerap karbon telah digunduli. Sampah yang tidak dikelola dengan benar, industri pertanian juga ikut menyumbangkan gas-gas yang menyebabkan terjadinya pemanasan global. Pemanasan global ini disebut gas rumah kaca antara lain karbon dioksida (CO2), Metana (CH4), Dinitro Oksida (N2O), Hidrofluorokarbon (HFC), Perfluorokarbon (PFC), Sulfurheksafluorida (SF6). Gas-gas penyebab pemanasan global itu juga berasal dari peralatan keseharian kita seperti AC, Kulkas, hair spray, dan lain-lain ( F.A. Oki Dwihatmanto, OFM. 2007: 14).
Fakta alam di atas adalah contoh dari fakta-fakta yang lain. Masih banyak kejadian alam yang terjadi di dunia. Ini merupakan kejadian yang mengenai tanah  dan global warming belum lagi berupa gunung merapi seperti meletusnya gunung Sinabung dan Merapi, tsunami di Aceh dan Kepulauan Mentawai, gempa di Jogja, banjir bandang di Waisor, Papua dan daerah yang lain, kebakaran hutan, polusi, dan masih banyak yang lainnya. Memang peristiwa-peristiwa alam ini tidak melulu oleh ulah manusia. Bisa saja disebabkan oleh alam sendiri yang mengalami perkembangan.
Dunia kita ini merupakan rumah bagi segala makhluk. Tapi kenyataannya sekarang alam diperlukan semena-mena atas nama ekonomi, bisnis, dan kesejahteraan. Hutan ditebangi seenaknya demi memperluas lahan pertanian, demi membangun villa mewah, padahal pohon-pohon dapat menyimpan air yang sangat kita butuhkan. Akibatnya lereng-lereng longsor dan kita sangat kekurangan air.
            Dunia mengalami kerusakan lingkungan yang hebat. Perusakan lingkungan ini terjadi terus-menerus dan berkesinambungan atas alam lingkungan kita sebagai akibat dari pencemaran yang tidak terkendali, kemiskinan yang merendahkan martabat manusia, pengundulan hutan, dan lain-lain. kehilangan keseimbangan dari ekologi menjadikan manusia kehilangan juga nilai kehidupan dan usaha untuk hidup. Kehilangan ini menyebabkan manusia menjadi semakin miskin dan tidak memiliki suatupun di dunia. Manusia tidak bisa berbuat apa-apa terhadap lingkungannya yang hancur karena kehancuran manusia semakin memiliki pertambahan penyakit dalam hidup.

Lingkungan Menjadi  Salah Satu Keprihatinan Gereja
Gereja adalah bagian dari masyarakat warga. Salah satu ketidak-adaban di negeri ini, yang menjadi keprihatinan Gereja adalah ketidak-adaban dalam hal lingkungan hidup, baik itu di luar perkotaan (pengundulan hutan misalnya) maupun di perkotaan (misalnya polusi, kelangkaan air bersih, dan sampah). Apalagi masalah global warming (pemanasan global) yang tidak luput dari perhatian kita. Dalam hal ini Gereja harus berperan penting. Pengertian Gereja sebagai kesatuan umat Allah, harus mendorong para anggotanya memperhatikan masalah yang dihadapi dunia saat ini sebagai dampak dari peristiwa alam. Kita sebagai anggota Gereja harus mendukung apa yang menjadi misi dari Gereja sendiri.
Gereja tidak bisa lari dari tanggung jawab atas segala ketidakadaban yang ada. Karenanya, sikap tobat Gereja harus ditindaklanjuti dengan upaya yang nyata. Berbagai usaha dilakukan demi menyelamatkan dunia dan makhluk hidup yang berada di dalamnya. Sebab jika tidak ditindak-lanjuti kehidupan dunia akan semakin memburuk dan jumlah kemiskinan akan bertambah akibatnya. Kita mengetahui bahwa salah satu penyebab dari kemiskinan yaitu situasi alam yang terus menerus berubah seperti gempa bumi, gunung meletus, banjir, dan lain-lain. Hal ini dalam paradigma pembangunan dunia lebih peningkatan mutu hidup manusia berdasarkan nilai-nilai martabat pribadi dan masyarakat.
Pilihan untuk menghadirkan Gereja di tengah masyarakat serta menjadikannya bagian dari masyarakat merupakan contoh hidup Yesus dan karya-Nya di dunia. Mendengar, melihat dan menyaksikan penderitaan sesama warga bangsa, tak pantaslah sebagai pengikut Kristus kita hanya duduk berpangku tangan. Kedukaan dan kecemasan masyarakat adalah kedukaan dan kecemasan Gereja. Kegembiraan dan harapan masyarakat adalah kegembiraan dan harapan Gereja (Dokumen Konsili Vatikan II terj.J. Riberu dalam Gaudium et Spes(GS), art. 1). Kehadiran ini tidak boleh diartikan sekadar hadir secara fisik, tetapi terlebih kehadiran yang menyapa masyarakat dengan segala persoalannya.
Tugas pelayanan Gereja adalah tugas semua umat beriman. Semua pihak dalam Gereja baik itu kaum awam maupun kaum religius dituntut bertanggung jawab untuk menciptakan kerajaan Allah di dunia ini. Kerajaan Allah yang dimaksudkan di sini adalah menghadirkan kesejahteraan dan ketentraman hidup manusia. Memang peristiwa alam tidak bisa dihindari dari kehidupan kita. Tapi apa yang menjadi tindakan bagi kita untuk mengatasi bencana alam itu sangatlah penting. Dalam peribahasa sering dikatakan “Sedia payung sebelum hujan” Jadi sebagai anggota Gereja kita juga harus mempersiapkan ketidakpastian dari bencana alam yang akan menimpa kita.
Gereja diundang untuk terbuka mendengarkan narasi-narasi masyarakat lokal, utamanya mereka yang menjadi korban kebijakan dari kelompok dominan yang memiliki kekuatan yang menekan dan menindas dan yang merusak kualitas lingkungan fisik, tempat kita hidup bersama. Singkatnya, Gereja diundang untuk memajukan sikap pastoral yang berpihak kepada korban yang narasinya seringkali diabaikan. Alasan teologisnya, Allah alkitabiah selalu berpihak kepada yang lemah dan membela yang dikalahkan (Raymundus Sudhiarsa, SVD. 2011:255).

Panggilan Alam : cintailah dan lindungilah aku!
            Setiap manusia mempunyai panggilan hidup. Panggilan hidup merupakan jawaban dari tawaran yang diberikan Tuhan kepada manusia. Tuhan memanggil kita karena Ia mencintai kehidupan kita di dunia. Sebagai manusia yang dicintai oleh Allah, kita juga harus membagikan cinta itu kepada makhluk hidup yang lainnya. Cinta tidak untuk disimpan bagi diri sendiri melainkan harus dibagi supaya cinta itu bertumbuh dan berkembang. Berbagi cinta dapat tampak dalam interaksi manusia dan sesamanya, manusia dan alam, dan yang tidak kalah pentingnya yaitu hubungan manusia dengan Tuhan sebagai Sang Pencipta. Hubungan ini harus terus terjaga supaya dalam kehidupan di dunia ini saling menjaga dan melindungi. Peranan setiap makhluk hidup di dunia ini sangatlah penting dan menjadi suatu sistem yang baik jika interaksi yang dilakukan itu saling mendukung.
Rasa cinta yang telah Tuhan berikan kepada kita, harus pula kita berikan kepada dunia melalui mencintai alam. Mencintai berarti melindungi, menjaga, dan memberi kesejahteraan kepada yang dicintai. Demikian juga mencintai alam berarti kita harus melindungi, menjaga, dan membiarkan alam berkembang. Bagaimana bentuk cinta yang ingin kita bagikan? Cinta yang dimaksudkan pertama-tama karena adanya timbal balik dari kedua belah pihak. Alam mencukupi kebutuhan manusia maka kita juga mencukupinya. Dengan demikian ada suatu timbal balik antara manusia dan alam.
Alam dan manusia saling membutuhkan. Tanpa alam manusia akan mati. Peran kita sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang adi luhur, yang diserta pikiran, akal budi, dan kehendak bebas dibutuhkan oleh alam. Kebutuhan untuk mencintai alam pertama-tama disadari bahwa alam adalah “saudara” dan bagian dari hidup saya. Dengan demikian kita menyadari bahwa saya membutuhkan alam. Alam telah memberi banyak kepada kita berupa oksigen, dan kebutuhan kita yang lainnya. Kita juga memberi perhatian penuh kepada alam supaya apa yang menjadi kebutuhan kita dapat tercapai. Alam tidak akan hilang jika kita mau memperhatikannya. Langkah pasti yang kita lakukan demi mewujudkan cinta kita akan alam yaitu menghijaukan kembali daerah-daerah yang telah gundul. Dalam rumah, kita menghemat penggunaan alat-alat elektonik yang mengakibatkan efek rumah kaca (global warming). Masih banyak lagi yang bisa kita lakukan. 
Sebagaimana manusia sendiri yang menghancurkan alam demikian juga manusia harus bisa mengembalikan posisi alam seperti semula. Alam juga ingin seperti manusia yang terus berusaha mengembangkan kehidupannya. Kenyataannya dia tidak bisa mengembalikan posisinya seperti semula jika tidak ada campur tangan dari manusia. Alam memanggil kita supaya mau memperhatikannya. Panggilan alam berupa peristiwa alam yang kita alami saat ini. Alam sebenarnya tidak ingin menghancurkan manusia. Tapi harus bagaimana lagi karena manusia telah menghancurkannya maka alam juga ingin menghancurkan kita melalui peristiwa-peristiwa tersebut. Alam memperingatkan supaya kita berhenti menghancurkan kelangsungan hidup mereka di muka bumi.

Penutup
            Sekarang dunia teknologi pelan-pelan menghancurkan  bumi kita tercinta. Manusia semakin bebas menggunakan akal budi dan kehendaknya sehingga tidak mampu lagi mengontrol keinginannya karena manusia tidak pernah merasa puas. Melihat betapa peran penting alam bagi kita, maka tidak salah jika yang kita lakukan adalah mendukung perkembangan alam. Oleh sebab itu, sebagai manusia yang sadar dan dicintai oleh Tuhan kita harus memperhatikan keadaan dunia saat ini. Dunia akan semakin hancur jika tidak ada tindakan penyelamatan yang dilakukan manusia sendiri. Cinta akan alam berarti mencintai Tuhan, karena Tuhan sendiri yang menciptakan alam. Akhirnya sebagai umat Allah kita juga dipanggil untuk mencintai Allah melalui alam dan lingkungannya.





















Dafar Rujukan
Amanda. Apa yang Bisa Dimulai dari Biara. Rohani, Agustus 2007, hlm. 8-11.
Dokumen Konsili Vatikan II. “Gaudium et Spes” (GS) dalam Dokumen Konsili Vatikan II, terj.J. Riberu. Jakarta: Dokumentasi dan Penerangan KWI – OBOR, 1982.
Dwihatmanto, F.A. Oki. Memahami Pemanasan Global: Belajar dari Kisah Nuh. Rohani, Agustus 2007, hlm. 14-17.
Kompas, 27 September 2010, halaman 1.
LAI. Alkitab. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2005.
Phang, Benny dan Valentinus (eds). 2011. Minum dari Sumber Sendiri. Malang: STFT Widya Sasana.






           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cerpen: Kado Buat Tuhan

Matahari bersinar cerah sore ini. Sedikit cahaya masuk kamar saya. Tepat mengenai mata saya. Saya segera bangun dari tidur siang karena sil...